4 Aksi Demo Besar Yang Pernah Terjadi di Indonesia


Aksi turun kejalan atau Unjuk rasa atau demonstrasi "demo" adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa atau orang-orang yang tidak setuju dengan pemeritah, serta dapat juga dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan tertentu.

Di Indonesia sendiri pernah tercatat terjadi aksi demo besar di jakarta, tahun berapa sajakah? dikutip dari berbagai sumber inilah 4 Aksi demo besar yang pernah terjadi di Indonesia.

1. Demonstrasi 1966 (Tritura)


Lebih dikenal dengan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Ini merupakan tiga tuntutan kepada pemerintah yang diserukan oleh para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).

Aksi ini kemudian diikuti oleh Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI).

Kemudian ikut mendompleng belakangan yaitu Angkatan Bersentara Republik Indonesia (ABRI).

Selain soal ganjing-ganjing 1 Oktober 1965, kondisi Indonesia disebut sudah sangat parah, baik ekonomi maupun politik.
BBM melambung tinggi, harga barang naik, dan lain sebagainya. Adapun isi Tritura adalah:

# Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
# Perombakan kabinet Dwikora
# Turunkan harga sembako

Pada 21 Februari 1966 Presiden Soekarno mengumumkan reshuffle kabinet.
Dalam kabinet itu duduk para simpatisan PKI.

Kenyataan ini menyulut kembali mahasiswa meningkatkan aksi demonstrasinya.

Tanggal 24 Februari 1966 mahasiswa memboikot pelantikan menteri-menteri baru. Dalam insiden yang terjadi dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden Soekarno, seorang mahasiswa Arif Rahman Hakim meninggal.

Pada tanggal 25 Februari 1966 KAMI dibubarkan, namun hal itu tidak mengurangi gerakan-gerakan mahasiswa untuk melanjutkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

Rentetan demonstrasi yang terjadi menyuarakan Tritura akhirnya diikuti keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Presiden Soekarno yang memerintahkan kepada Mayor Jenderal Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.

2. Malari

Lebih dikenal dengan tragedi Malari (Malapetaka 15 Januari 1974). Gerakan ini terjadi bersamaan dengan kunjungan Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei ke Indonesia. Mahasiswa menganggap Jepang saat itu sebagai pemeras ekonomi Indonesia karnea mengambil lebih dari 53 persen ekspor dan memasok 29 persen impor Indonesia.

Tak hanya itu, investasi jepang yang semakin bertambah dari waktu ke waktu di Jawa dianggap membunuh pengusaha-pengusaha kecil pribumi. Tentu saja ini membuat beberapa kalangan, terlebih mahasiswa khawatir.

Mereka pun berencana melakukan aksi damai di pusat kota. Aksi ini dipimpin oleh Hariman Siregar yang saat itu menjabat sebagai ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia.

Aksi apel besar yang dipusatkan di halaman Universitas Trisakti ini tadinya merupakan aksi damai, namun tanpa disangka yang terjadi adalah vandalisme di berbagai tempat di wilayah ibukota.

Bukan hanya itu, gedung-gedung dan pusat perbelanjaan di Senen dan Harmoni pun turut dibakar. Dan kebanyakan yang dibakar adalah mobil, motor, dan produk elektronik Jepang.

Kerusuhan ini setidaknya memakan korban hingga 11 orang meninggal dunia, 75 luka berat, ratusan luka ringan, 775 orang ditahan, 807 mobil dan 187 motor dibakar, dan 160 kg emas hilang.

Tak hanya itu, ratusan gedung juga hangus terbakar
BEBERAPA ORANG MENYEBUT MALARI MERUPAKAN PERLAWANAN TERHEBAT PERTAMA TERHADAP ORDE BARU.

Quote:Dari 700-san orang yang ditangkap, 45 di antaranya ditahan, dan hanya tiga yang dibawa ke pengadilan. Mereka adalah Hariman Siregar, Aini Chalid, dan Sjahrir. Dua pertama masih mahasiswa, satu terakhir sudah lulus.

Selain penahanan beberapa aktivis, dampak yang terasa paska demontrasi Malari adalah ditutupnya beberapa media massa yang dianggap memprovokasi massa secara paksa.

Quote:Seperti Abadi, Harian Kami, Indonesia Raya, Nusantara, dan Pedoman.

Demo 1998

Gerakan-gerakan yang muncul di awal 1990-an mencapai klimaksnya pada 1998. Aksi ini dianggap sangat monumental karena sukses menggulingkan Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dasawarsa. Gerakan ini mendapatkan momentumnya ketika Indonesia diterpa krisis moneter pada 1997. Kondisi ini menyebabkan melambungnya harga bahan pokok dan daya beli masyarakat berkurang membuat aksi ini mendapatkan simpati dari khalayak luas.

Mundurnya Presiden Soeharto menjadi agenda utama gerakan ini.

Selain jatuhnya Soeharto, aksi massa 1998 juga ditandai dengan terjadinya beberapa kejadian tragedis, yakni: Tragedi Trisaksi dan Tragedi Semanggi I dan II.

Mahasiswa turun ke jalan dengan kampus Trisaksi sebagai titik awal aksi.

Dalam aksi ini, ada empat mahasiswa yang tewas tertembak aparat kepolisian: Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, Hendriawan Sie.

Sementara Tragedi Semanggi menunjukkan dua aksi protes terhadap pelaksanaan dan agedan Sidang Istimewa MPR yang mengakibatkan tewasnya belasan warga sipil. Pada Tragedi Semanggi I yang terjadi pada 11-13 November 1998, ada 17 warga sipil yang tewas, sementara pada Tragedi Semanggi II terjadi September 1999 terdapat 1 warga sipil yang meninggal.

4 November 2016

Surat pemberitahuan demo “Aksi Bela Islam Jilid II” akhirnya sudah masuk ke Mabes Polri.

Dengan begitu, Mabes Polri sudah bisa melakukan koordinasi dan memetakan gerakan yang berakar dari kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli mengatakan, surat pemberitahuan tersebut, telah diterima pada Selasa (1/11/2016) malam.‎‎

Surat pemberitahuan demo “Aksi Bela Islam Jilid II” akhirnya sudah masuk ke Mabes Polri.

Dengan begitu, Mabes Polri sudah bisa melakukan koordinasi dan memetakan gerakan yang berakar dari kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli mengatakan, surat pemberitahuan tersebut, telah diterima pada Selasa (1/11/2016) malam.‎‎

“Ada, kemarin sudah kami terima,” kata Boy di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (2/11).

Dalam surat pemberitahuan, dituliskan bahwa koordinator lapangannya adalah Bahtiar Nasir yang diketahui juga sebagai Ketua Gerakan Nasional Pengawal‎ Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI).

“Penanggung jawab Bahtiar Nasir dengan mengikutsertakan 50 ribu orang di dalam surat,” jelas dia.

Jumlah itu jauh lebih sedikit dari yang disebutkan Juru Bicara FPI Munarman kepada wartawan kemarin, Selasa (1/11). Menurut Munarman, peserta yang sudah dipastikan ikut berjumlah 50 ribu orang.

Dalam surat pemberitahuan juga disebutkan bahwa massa akan berhenti demo pada pukul 18.00 WIB. ‎Rute yang akan dilalui, adalah Masjid Istiqlal, kantor DPR-MPR, dan Istana Presiden.

“Tentu kami melakukan pengawalan, termasuk di lokasi baik itu di Masjid Istiqlal dan berbagai tempat lainnya,” jelas Boy.

Pada kesempatan itu, Boy kembali mengimbau agar para demonstran tertib meyampaikan pendapatnya. Dia menjelaskan, menyampaikan aspirasi merupakan hak masyarakat, tapi juga harus mengedepankan etika sesuai hukum yang berlaku.

“Untuk masyarakat dari daerah tentunya ada yang bergabung. Kami imbau untuk tetap tertib saja. Ikutlah kegiatan unjuk rasa, yang terpenting menjaga ketertiban bersama,” tandas Boy. [update]

Tag : Peristiwa
0 Comments for "4 Aksi Demo Besar Yang Pernah Terjadi di Indonesia"

*Berkomentarlah yang Baik dan Sopan
*Silahkan Beri Tanggapan Sesuai Topik Artikel diatas
*Dilarang SPAM dan Menyertakan Link Aktif

Back To Top